Langsung ke konten utama

ARTIKEL: Tuntaskah Perjuangan Tanpa Nilai-Nilai Luhur ?

      

Dewasa ini , nilai-nilai luhur memang sudah berkurang bahkan menghilang dari hati masyarakat Indonesia , baik orang dewasa maupun orang muda tidak lagi melakukan segala sesuatu berdasarkan rasa empati , simpati , maupun loyalitas kepada sesama dengan perasaan murni dan tanpa imbalan .Sekarang ini , mayoritas orang menerapkan prinsip ‘tak ada pekerjaan tanpa imbalan secara langsung ‘bahkan kerap kali kita lihat , meskipun seorang pegawai sudah diberi gaji  tiap bulannya , bila tidak diberi tip , ia tidak akan bekerja dengan maksimal , jadi jangankan nilai-nilai luhur , kewajiban saja banyak yang lalai untuk melaksanakannya dengan baik .


Namun , bagaimanapun juga , sifat dasar setiap manusia adalah baik adanya. Pada jaman dahulu , setiap orang senantiasa dengan sukarela membagi yang dimilikinya kepada orang lain , anak-anak juga selalu menaati nasehat yang diberikan orang tua . Namun , apa gerangan yang terjadi , sehingga kedua hal itu hilang sekarang dan kesadaran untuk melakukannya sudah semakin menipis saja ? Jangankan menaati orang tua , anak-anak jaman sekarang kerap kali melawan nasehat yang diberikan orang tua . Apalagi berbagi , karena tidak sedikit orang yang bahkan mengambil hak milik orang lain , walaupun yang dimilikinya sudah sangat lebih dari cukup .
 Hal itu , tervisualisasikan dalam diri petinggi-petinggi negara  , yang sering kali hanya menggembar-gemborkan janji-janji palsu kepada rakyat . Pada akhirnya , rakyat yang merasa tertindaspun akan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur dengan tujuan untuk memperoleh kembali haknya  , seperti demo yang menggunakan aksi kekerasan , sehingga hanya menambah jatuhnya korban tak bersalah , atau mencuri milik orang lain . Mereka tidak sadar , apabila mereka melakukan hal itu , mereka akan sama buruknya dengan petinggi-petinggi tersebut .
Sekarang ini , segala tindakan manusia tidak lagi beracuan pada pemenuhan kebutuhan , melainkan pemenuhan keinginan . Terlebih lagi , seiring berkembangnya jaman , semakin banyak pula teknologi-teknologi  yang semakin canggih dan menggiurkan setiap orang untuk mendapatkannya dengan menghalalkan segala cara . Faktor lain , yang meyebabkan hilangnya nilai-nilai luhur adalah menipisnya sumber daya alam pada masa sekarang ini . Jaman dulu , air bersih adalah sesuatu yang gratis , dan tiap orang bisa mendapatkannya dengan mudah . Tapi sekarang , bukan hanya harus membayar , bahkan ada beberapa daerah yang tak dapat memperoleh air bersih . Oleh karena itu , untuk memenuhi kebutuhan sendiri saja sangat sulit , jadi sangat kecil kemungkinannya , ada yang repot-repot berpikiran untuk membantu orang lain. Diatas semuanya , nilai luhur yang paling langka saat ini adalah kejujuran . Orang jaman dulu mengatakan , “Lebih baik menjadi orang bodoh yang jujur , daripada orang cerdas yang tidak bisa dipercaya “Namun , sekarang ini , pemikiran itu sudah diputarbalikan . Banyak orang jujur yang dibenci . Hal ini tampak baik di lingkungan masyarakat , maupun lingkungan pemerintah , dan lingkangan sekolah . Hal ini wajar saja , karena hal buruk pasti selalu menyenangkan  , sedangkan  semua hal baik pasti membutuhkan pengorbanan .Pada akhirnya , hanya sebagian kecil orang saja yang dapat tetap bertahan menjadi orang jujur , sementara yang lainnya pada akhirnya akan terjerumus juga , atau memilih untuk bersifat netral , tidak perlu terlalu jujur dan membeberkan kejahatan orang lain , tapi juga tidak melakukan perbuatan yang mengandung nilai negatif.
Selain itu ,seperti yang kita ketahui , perkembangan teknologi memberikan banyak dampak baik bagi rakyat Indonesia , tapi setiap hal baik takkan pernah terlepas dari hal buruk . Salah satunya adalah saat digunakannya internet .Internet jelas memberi banyak pengetahuan berguna bagi kita , namun melalui internet pula , pengaruh-pengaruh buruk dari luar negeri dapat lebih mudah masuk ke Indonesia . Dan buruknya lagi , orang-orang Indonesia sangat mudah terpengaruh dengan hal-hal yang dilakukan orang lain , sehingga semua pengaruh luar masuk tanpa discan dulu baik buruknya hal itu.
Penanaman akan nilai-nilai luhur seharusnya dilakukan sejak dini , jika saat sudah dewasa ingin ditanamkan pada seseorang sangat sulit atau bahkan mustahil . Sarana pertamanya adalah melalui keluarga , tapi yang menjadi masalah yang umum terjadi adalah pengertian yang salah dari orang dewasa mengenai rasa sayang terhadap anak. Rasa sayang yang berlebihan (memanjakan) kepada seorang anak juga dapat membawa bencana bagi anak itu saat sudah dewasa nanti .Bahkan menasehati  anak juga menunjukan rasa sayang yang bahkan lebih baik dan lebih berguna daripada memanjakannya , sehingga dapat  bertingkah laku mandiri dan peduli kepada orang lain . Sedangkan kesalahan kedua , yang juga sering dilakukan orang tua adalah bersikap terlalu keras kepada anak , segala hal tidak boleh , segala hal dilarang .Hal ini juga malah hanya akan memberikan tekanan kepada anak dan membuatnya bersikap memberontak. Jadi , keduanya haruslah seimbang . Tapi kadang arti dari menasehati sering disalahartikan , menasehati berarti memarahi . Ada sebuah perumpamaan yang benar adanya , namun jarang ada orang yang menerapkannya , ‘Berbicara dan menyalahkan sama-sama bersuara .Akan lebih baik berbicara menggunakan logika yang masuk akal daripada memarahi seseorang .’Perkataan ini sangat tepat , dan lebih berhasil dalam membangun sifat seorang anak , terlebih yang sedang dalam masa pra-remaja maupun remaja .Dan yang paling sering terjadi adalah keluarga yang broken home , hal ini juga harus dicegah agar tidak terjadi . Pada umumnya , anak-anak yang nakal dan suka mengadakan tawuran bertujuan untuk pelarian dari kondisi rumah tangga mereka yang sebenarnya . Saat tidak bahagia di rumah , mereka ingin menarik perhatian orang lain di lingkungan sekolah . Namun , tindakan yang dilakukan sering kali menjurus kearah-arah yang negatif , karena hal itu lebih cepat dan lebih mudah berhasil . Padahal , mereka tidak menyadari bahwa jika sikap mereka seperti itu hanya membawa perhatian berupa pandangan negatif dan antipati dari orang lain.
Sarana kedua untuk penanaman nilai luhur pada seorang anak adalah sekolah .Mayoritas sekolah-sekolah jaman sekarang hanya mengutamakan prestasi anak dan tidak memperhatikan mental dan sikap dari anak tersebut . Bila sikap anak itu sudah baik pada dasarnya , hal itu tidak menjadi masalah . Namun , bagaimana jika dia adalah anak yang nakal dan kurang baik .Terlebih lagi , kepada anak-anak yang kurang baik , kebanyakan guru sering menaruh antipati terhadap anak tersebut , kurang mempercayai mereka , meletakan label negatif tentang mereka, tanpa mempedulikan latar belakang dari sikap anak tersebut , dan tidak memberi mereka kesempatan untuk berubah.
Ada sebuah film kisah nyata tentang seorang guru yang mengajar di sekolah berasrama . Saat mengajar , ia selalu rutin memberikan nasehat dan kata-kata bermakna . Namun saat itu ada seorang murid yang sangat nakal , saat istirahat , ia selalu mengambil jatah makan temannya dan sifatnyapun sangat egois dan temperamennya mudah marah . Saat guru tersebut menasehati anak itu , ia malah marah dan berencana pindah sekolah . Guru itu lalu mendapat sebuah ide untuk memberikan cemilan pada anak-anak saat jam istirahat dan menetapkan anak yang nakal itu untuk mengurus cemilan dan membagikannya pada teman-temannya . Awalnya teman-temannya tidak setuju . Tapi ternyata ia dapat melakukan tugas itu dengan sangat baik dan sifatnyapun langsung berubah drastis  menjadi lebih baik.
Cerita ini menyiratkan agar seseorang baik guru maupun bukan , tidak menyerah kepada orang lain , bahkan sebelum mencobanya . Selain itu , juga menyatakan , bahwa di dalam diri seseorang pasti ada sifat yang  baik , asal diberi kesempatan untuk menunjukannya . Dalam hal ini , yang paling baik untuk dilakukan oleh seorang guru  adalah memberi tanggung jawab kepada anak . Yang biasa diterima anak itu hanyalah amukan dari gurunya . Saat pertama kali menerima tanggung jawab , ia pastinya akan melakukannya dengan baik  karena merasa berkesempatan untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik . Karena , yang kerap kali terjadi adalah anak-anak yang dicap sebagai anak nakal takkan diberi tanggung jawab , dan menyebabkan anak itupun malas untuk berubah.
Hal yang paling kecil yang menjadi kewajiban seorang anak adalah belajar , selain mendapat ilmu pengetahuan yang dapat digunakan saat masa depan , juga dapat membalas jasa orang tua yang telah menyekolahkan kita . Sudah menjadi kewajiban setiap anak Indonesia untuk mengembangkan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan dari pejuang-pejuang pada masa lampau.Namun , yang menjadi keburukan dari kebanyakan anak-anak adalah ingin melakukan hal baik , saat ada orang lain yang melakukan hal baik . Bila setiap anak berpikiran yang sama .Pada akhirnya , takkan ada yang melakukan hal baik tersebut. Seandainya semua anak berpikiran bahwa untuk mengubah orang lain harus dimulai dari diri sendiri , cita-cita akan pencapaian nilai-nilai luhur pasti akan tercapai.

Oleh karena itu , hak anak juga tidak boleh terabaikan terutama hak untuk dapat memperoleh pendidikan dan kasih sayang dari orang tua . Pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan kita di masa depan . Sedangkan ,  kasih sayang untuk membentuk mental anak untuk dapat bersosialisasi dengan sesama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Praktikum Fisika : TITIK BERAT BENDA

JUDUL                                   :  Titik Berat Benda KOMPETENSI DASAR       :  Menjelaskan kondisi benda tegar akibat adanya torsi ( momen gaya ) TUJUAN                                : Mengetahui titik berat dari suatu benda yang tidak beraturan