Sekilas yang gue dapetin pas berkelana di Taman Ir. Haji Juanda, Mulai dari taneman-taneman yang ada disana :
·
Tanaman Pinus (Pinus Merkusii)
Daun Pinus Merkusi yang ada di
taman ini memiliki dua cabang yang berbentuk jarum .Tanaman ini berasal dari
daerah Sumatera. Getahnya biasa digunakan sebagai bahan pembuatan cat. (Selain
di Indonesia, Pinus juga terdapat di daerah Meksiko yang memiliki 5 cabang dan
Filipina yang memiliki 3 sampai 4 cabang)
·
Bunga Bangkai (Amorphophallus titanum)
Tumbuhan ini berasal dari Sumatera,
yang memiliki bunga majemuk terbesar di dunia. Bunga bangkai ini memiliki dua
fase, yaitu fase vegetatif dan fase generatif . Fase vegetatif yaitu saat
muncul daun dan batang semu. Setelah beberapa tahun, terjadilah fase generatif,
yaitu saat organ vegetative layu dan muncul umbi dorman. Apabila cadangan
makanan cukup, maka akan muncul bunga majemuk, bila tidak maka akan tumbuh
kembali daunnya yang berbentuk seperti daun pisang.
·
Mahoni Uganda (Swietenia macrophylla)
Pohon Mahoni memiliki kayu yang
keras berbentuk silindris berwarna cokelat kehitaman. Saat ditebang, akan
muncul banyak percikan-percikan api. Ia merupakan bagian dari famili albasia.
Selain itu, ia juga merupakan tanaman yang berpotensi sebagai tanaman reboisasi
karena tumbuhnya cepat. Ia juga memiliki urat kayu yang indah dan unik sehingga
cocok untuk diolah menjadi,ukiran, kerajinan tangan, mebel, dan furniture,
seperti kursi, meja, dll. Selain itu, juga berfungsi sebagai pemecah angin.
Sedangkan getahnya dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan lem.
·
Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum)
Kulit batangnya memiliki tekstur
kasar dan berwarna cokelat kemerahan. Tumbuhan ini memiliki nilai jual yang
tinggi. Kayunya bisa digunakan untuk mebel/penil.
·
Pohon Sosis ( Kigelia pinnata)
Pohon ini memiliki buah yang
berbentuk seperti sosis dan memiliki warna hijau. Ia memiliki bunga berwarna
merah menyala yang bercabang tiga. Ia berguna sebagai bahan pembuatan
obat-obatan.
·
Pohon Pacar Alami
Berwarna merah muda dan berfungsi
untuk kesehatan, seperti obat untuk rematik, menyembuhkan penyakit kulit dan
obat kecantikan.
Selain beranekaragam flora diatas, juga
terdapat banyak fauna yang menghuni hutan ini, diantaranya:
·
Lutung
(Hewan ini banyak terdapat di
wilayah hutan sekitar Goa Belanda)
·
Monyet berekor panjang
·
Ulat Metal
(Hewan ini memiliki bulu-bulu
berwarna putih yang halus dan lembut dan aman untuk disentuh, tapi pada bagian
bawah ulat tersebut yang berwarna kemerahan dapat menimbulkan rasa gatal
seperti sengatan listrik apabila bersentuhan dengan kulit kita. Hewan ini
banyak terdapat di pohon-pohon Cengal Pasir. Ulat ini memiliki kekhususan,
yaitu tidak membuat kepompong dan tidak berubah menjadi kupu-kupu, melainkan
langsung mati.
·
Kadal
·
Belalang
·
Luwak
·
Lebah
Tempat ini juga berfungsi sebagai
penangkaran lebah, yang menyukai sari madu dari bunga Caliandra
Di bagian tengah hutan, terdapat sungai
yang berfungsi sebagai tempat penampungan air dan dimanfaatkan sebagai PLTA dan
PDAM.
Selain itu, juga terdapat Museum Taman
Hutan Raya Ir. Hj. Djuanda. Museum tersebut memiliki koleksi tanaman Herbarium
(pengawetan daun-daunan) dibukukan dengan menggunakan media kertas khusus yang
diimpor dari Jepang karena memiliki tingkat keasaman yang lebih rendah dari
kertas biasa. Daun yang dipilih untuk diawetkan biasanya memiliki ranting yang
besar. Di buku tersebut, setiap tanaman harus dideskripsikan nilai ekonomisnya
dilihat dari sudut pandang sebagai kayu dan sebagai obat-obatan. Ada dua jenis
kayu, yaitu : Kayu teras/galeh (Kayu keras yang berfungsi untuk pembuatan
piano, gitar, dsb) dan Kayu gubang (Kayu yang memiliki tekstur yang lebih
lembek)
Di taman ini, juga terdapat goa-goa,
yaitu Goa Belanda dan Goa Jepang
·
Goa Belanda
Pada awalnya, sekitar tahun 1906,
Goa Belanda ini hanyalah sebuah lorong yang memiliki panjang 144 meter.
Kemudian sekitar tahun 1968, dibangun jaringan-jaringan tambahan yang terhubung
dengan lorong utama.
Lorong pertama merupakan lorong
ventilasi, yang berfungsi sebagai pertukaran udara, dimana disana terdapat
lonceng, yang berfungsi sebagai tanda bahaya apabila ada serangan.
Lorong kedua memiliki panjang
sekitar 140 meter. Di sepanjang lorong tersebut, dipasang obor-obor yang
berfungsi sebagai penerangan. Disini terdapat ruangan yang pada jaman dahulu
digunakan sebgai tempat peristirahatan sementara, tapi pada saat jaman
pendudukan Jepang digunakan sebagai ruang untuk menginterogasi musuh agar
memberikan informasi sebanyak-banyaknya.
Lorong ketiga berfungsi sebagai
sarana distribusi logistik. Hal ini terbukti dari ukurannya yang lebih besar
daripada lorong biasanya, sehingga bisa dimasuki mobil. Di lorong ini, juga
terdapat ruang penjara dan tempat radio yang digunakan sebagai pusat informasi
untuk menghubungi tentara sekutu agar Tentara Jepang tidak dapat menyerbu ke
Indonesia.
Lorong keempat. Lorong ini belum
selesai pembangunannya, sehingga ditutup oleh pemerintah. Apabila
pembangunannya sudah selesai, lorong ini dapat menembus ke lorong ketiga.
·
Goa Jepang
Goa yang dibangun pada tahun 1942
ini memiliki dua ventilasi dan empat pintu masuk yang merupakan jalan masuk ke
empat lorong yang memiliki fungsinya masing-masing. Lorong empat berukuran
paling besar karena berfungsi untuk distribusi logistik. Sedangkan lorong dua
berukuran paling pendek. Lorong satu memiliki panjang sekitar 72 meter. Kedua
ventilasi selain berfungsi sebagai saluran udara, juga berfungsi sebagai tempat
pelarian saat ada penyerbuan dan pengepungan di keempat pintu masuk dan juga
sarana jebakan musuh.
Berbeda dari Goa Belanda yang
memiliki tekstur alas yang rata karena sudah diolah dengan menggunakan semen,
Goa Jepang memiliki tekstur kasar yang menonjol.
Sebenarnya, hutan ini memiliki banyak
manfaat. Selain untuk observasi/penelitian, karyawisata atau olahraga, hutan
ini juga menghasilkan biji-biji, yang oleh warga daerah setempat digunakan
sebagai bahan pembuatan kalung atau gelang yang memiliki nilai ekonomis yang
tinggi. Misalnya, biji Ganitri, biji ini merupakan biji paling mahal di dunia
yang sangat langka dan bernilai sekitar 35 juta rupiah. Dari segi keagamaan
pun, benda ini tergolong sebagai benda sakral orang Hindu. Dari segi kesehatan,
biji ini memiliki keelektromagnetikan yang cukup kuat, sehingga baik untuk
peredaran darah. Namun dalam pengolahannya untuk menjaga agar hutan ini tetap
lestari, para perangkai biji juga memiliki prinsip dan aturan sendiri, dimana
biji hanya boleh diambil pada saat telah jatuh secara alami dari pohonnya saja
dan juga jumlah pengambilan biji telah memiliki batasan tiap harinya, karena
biji-biji tersebut digunakan bukan hanya oleh mereka melainkan juga sebagai
sumber makanan binatang-binatang yang ada di hutan tersebut.
terimakasih atas infonya,jangan lupa kunjungi websirte kami di http://bit.ly/2OZ2Bca
BalasHapus